Berita Maut ditangan Kades, Leher Warga Tebuah Elok Patah Dipiting Adalah TIDAK BENAR

0
0 views
Berita Maut ditangan Kades, Leher Warga Tebuah Elok Patah Dipiting Adalah TIDAK BENAR

Bengkayang News – Harun (52 tahun) Kepala Desa Tebuah Elok Kecamatan Subah Kabupaten Sambas mengklarifikasi dan meluruskan berita sepihak yang ditujukan kepadanya yang telah diterbitkan disalah satu media terkenal di Kalimantan Barat yaitu dengan judul “Maut ditangan Kades,Leher Warga Tebuah Elok Patah Dipiting”

Klarifikasi itu di sampaikan Harun (52 tahun) Kepala Desa Tebuah Elok saat di jumpai dirumahnya Komplek Perumahan Sungai Nyamuk, Kelurahan Bumi Emas Kecamatan Bengkayang, Kabupaten Bengkayang Minggu (28/5/2023).

Harun Kepala Desa Tebuah Elok Kecamatan Subah Kabupaten Sambas menuturkan bagaimana Kronologisnya.

”Jadi seperti ini kejadian sebenarnya, dan pertama kali saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan media yang telah mengkonfirmasi langsung masalah yang terjadi pada 9 April 2023 lalu persis didalam rumah saya di dusun Elok Asam, RT 02/RW 01, Desa Tebuah Elok Kecamatan Subah Kabupaten Sambas.

“Mohon ijin, saya Harun Kepala desa Tebuah Elok kecamatan Subah Kabupaten Sambas, saya mengklarifikasi terkait berita yang di sampaikan oleh seorang Pengacara Lipi,S.H, bahwa kejadian sebenarnya yang terjadi pada tanggal 9 April tepatnya di hari Raya Paskah di mana saya lagi menyambut tamu keluarga bang Amin yaitu adik, kakak serta mama Amin dan setelah berlangsung kurang lebih 10 menit mereka keluarga bang Amin duduk, minum dan makan kue, kemudian datanglah ibu Elisabet kerumah saya dan langsung duduk disebelah mama Amin dan langsung marahkan mama Amin ini bernama Miri, terkait Amin dan keluarga melaporkan bapak Marap ke Polsek Subah atas kejadian sebelumnya dimana Marap melakukan tindakan menyincang nyincang sawit sebanyak 28 pokok milik bang Amin.

Dari peristiwa awalnya terjadilah perdebatan di depan saya, dan ditengah debat tersebut ibu Elisabet dan Mama Amin saya lerai, kata saya “Ibu jangan bertengkar ini hari Raya Paskah Tuhan Yesus marah, kita rayakan Paskah lalu berkelahi, itu kalimat yang saya sampaikan”

Namun teguran saya tidak di indahkan sama sekali oleh ibu Elisabet istri dari Pak Marap tadi, dan saat debat mulut masih berlangsung kemudian datang anaknya Ibu Elisabet namanya Ana. Kehadiran Ana ini datang dengan mimik wajah marah dan duduk dibelakang mamanya Elisabet.

Lanjut Harun, sekitar kurang lebih setengah jam tiba-tiba Amin berteriak paman Pak Pidi atau Marap bawa parang karena saat kami melihat yang dibawa awalnya kami kira parang atau senjata tajam, rupanya setelah dekat itu adalah sebatang kayu sejenis rotan. Atas teriakan itu saya terkejut melihat bapak Marap atau Pak Pidi dengan marah serta membawa sebatang kayu sejenis rotan yang diujungnya ada paku yang sudah berkarat. Pak Marap ini orang bisu, jadi datang awal dia (Marap Red) sambil berteriak uiii… uiii.. uiii dengan suara bisunya, dan terus masuk ke rumah, terus marah dengan kayu masih ditangan serta mengayun-ayunkan kayu ditangan hendak memukul mama Amin serta berteriak-teriak hingga 2 orang anak kecil yaitu anaknya ibu Jumita dan ibu Yustina menangis karena ketakutan, akibat tindakan Pak Marap yang tiba-tiba menyerang tadi.

Sebagai tuan rumah yang dikunjungi diacara hari Raya Paskah, saya melihat hal itu panik, tentunya saya selaku tuan rumah dan juga sebagai kepala desa mencoba melerai, lalu mendekati pelaku penyerangan itu dengan cara melarang dan menahan, menyabar pelaku dengan badan saya namun pelaku Pak Marap semakin beringas hingga Amin marah dan hampir terjadi adu fisik antara Amin dengn penyerang Pak Marap.

Namun anak menantu saya namanya Arga langsung menenangkan dan mengamankan Amin dengan membawa ke arah garasi belakang hingga sempat terkena kibasan kayu penyerang di bahu dekat telinga sebelah kanan, melihat hal itu saya mengamankan kedua tangan pelaku dengan mengunci kearah belakang leher agar tidak ada korban sambil membawa pelaku Pak Marap keluar dari rumah saya kearah kios bensin ditepi jalan.

Pada saat saya kunci kedua tangannya, pelaku ternyata memberontak berusaha keluar dari pegangan saya mau melepaskan tangannya yang masih tetap saya kunci.

Dalam pengamanan yang saya lakukan tidak ada sama sekali kekerasan apalagi pukulan apapun yang saya lakukan selain mengunci tangannya karena tanganya masih memegang kayu yang di dalam kayu itu ada terdapat paku yang sudah berkarat.

setelah saya lepas pelaku didekat kios bensin, rupanya pelaku nampak lemas karena kehabisan tenaga, dan saya minta supaya Pak Hansip namanya Pak Pam Chin Thin untuk antar Pak Marap kerumahnya namun hansip saya tidak mampu hingga saya sendiri yang membawa pelaku pulang kerumahnya dan sempat duduk di teras dan pada saat dirumahnya saya bilang minta tolong agar Pak Marap di berikan air minum, karena menduga yang bersangkutan kehausan.

Setelah kurang lebih 3 jam dari kejadian karena tidak jauh dari rumah saya, kemudian saya mendengar pelaku masih lemas hingga saya telpon ambulance untuk membawa pelaku ke puskesmas Subah untuk berobat dan mendapat penanganan medis.

Pelaku satu malam berada di Puskesmas Subah dan berdasarkan hasil dari keterangan petugas medis, bahwa penanganan sakitnya pelaku harus di rujuk ke RS Pemangkat untuk dilakukan pemeriksaan di sekitar leher yang menjadi keluhan sakit.

Perawatan terhadap pelaku terus dilakukan dan selama satu hari berada di RS Pemangkat saya bersama dengan istri, anggota LPM atau (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Desa Tebuah Elok Pak Vinsensius serta Amin juga ikut berangkat ke RS Pemangkat untuk melihat apa yang dialami pelaku Pak Marap setelah di lakukan rontgen, saya minta langsung keterangan dari dokter yang melakukan pemeriksaan Pak Marap tadi biar saya tahu.

Setelah kami semua dari Desa Tebuah Elok berkumpul, pihak RS Pemangkat menanyakan langsung kami itu siapanya dari Pak Marap yang sakit, saya bilang kepada pihak RS Pemangkat bahwa saya Kepala Desa Tebuah Elok, ini Anggota LPM Desa Tebuah Elok Vinsensius dan ini Ana anak dari pasien Pak Marap serta bang Amin cucu pelaku yang bersengketa tanah dengan pelaku.

Lanjut Harun lagi, saya sampaikan kepada anak Pak Marap itu kamu dengarkan kalau bapak mu tidak patah tulang leher, hanya Stroma urat atau keseleo urat dan keseleo tulang.

Jadi atas keterangan dari pihak RS Pemangkat yang langsung di sampaikan dengan kami bahwa pasien Pak Marap tidak ada patah tulang yang ada stroma urat, selanjutnya saya juga minta langkah dari pihak rumah sakit apa tindakan apa yang harus di lakukan, dan pihak RS menyampaikan kalau dokter terapi urat ada di RS Pemangkat namun tergantung keluarganya mau bagaimana katanya.
Keputusan kami saat itu kami bilang di tangani di RS saja dulu sambil melihat perkembangan.

Dan setelah sekitar 5 (lima) hari berada di RS Pemangkat dengan tanpa kompromi, pihak keluarga Pak marap membawa pulang dengan tujuan mau berobat kampung saja.

Perlu diketahui juga, saya tidak pernah mengabaikan tanggung jawab saya selaku Kepala Desa dalam membantu warga saya, dimana semua biaya berobat, termasuk biaya berobat alternatif dan medis yang di Puskesmas Subah serta medis di desa saya semua yang membiayai dan saya tidak ijin kan kelurga mereka keluar biaya, karena sudah jelas Pak Marap itu selain warga saya juga masih merupakan saudara dekat juga.

Dasar lainnya Pak Marap keluarga dan warga saya, jadi walaupun penyerangan dilakukan dan terjadi didalam dirumah saya, saya tidak melaporkannya.

Dan yang lebih juga perlu saya sampaikan kepada rekan-rekan media langkah yang saya ambil untuk mengobati Pak marap tadi itu adalah karena dasar rasa kepedulian dan kemanusiaan karena dia adalah saudara dan warga saya, dan beberapa waktu terakhir justru terbalik dan lain yang terjadi dimana saya justru dituduh dan di fitnah oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab dengan mengatakan saya memiting leher Pak Marap, padahal bukan itu fakta yang terjadi,’ jelas Harun.

Atas kejadian pada 9 April 2023 lalu juga saya sempat dilaporkan ke Polsek Subah oleh istri Pak Marap yaitu Elisabet pada tanggal 11 April 2023 namun malamnya sekitar pukul 21.00 wib istri dan anakny Pidi datang ke rumah sambil nangis minta maaf dan sambil mengatakan seperti ini, Maaf ya..pak kades saya minta maaf dan minta ampun, saya merasa bersalah tadi saya laporkan Pak kades ke Polsek Subah namun saya janji besok saya akan cabut laporan karena Pak kades sangat baik sama kami, nah itulah fakta kejadian sebenarnya.

Dan pada hari ini kenapa saya mengundang rekan-rekan media dan mengklarifikasi dari tuduhan isi berita yang terbit disalah satu media, untuk menjelaskan dengan rinci dan sebenarnya begitulah alur cerita dan fakta yang terjadi sebenarnya, jadi tudingan saya telah mematahkan dengan memiting leher Pak Marap itu sangat tidak benar,’ Klarifikasi ini sangat penting untuk saya sampaikan agar publik tau kejadian yang sebenarnya, supaya berita yang sebenarnya tidak melenceng dan tidak dibelokkan sehingga saya dianggap pelaku yang telah mencederai pak Marap hingga meninggal dunia sebagai mana yang telah diberitakan Oleh saudara Lipi, SH Pada Media Kalbar, tutup Harun. (Rd)

Penulis : Latip Ibrahim