BengkayangNews.com – Pemerintah Kabupaten Bengkayan, Kalimantan Barat melaunching kain batik khas Bengkayang pada peringatan hari jadi Kabupaten Bengkayang ke-26 Tahun 2025.
Kain batik tersebut terdiri dari tiga motif yaitu Rinyuakng Kareke’, motif Kalangkakng dan motif Gonggong Silotuang.
Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis mengatakan, pemkab Bengkayang akan berkomitmen untuk meningkatkan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal melalui pengembangan batik khas Bengkayang.
Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis, menyatakan bahwa UMKM lokal harus mampu menembus pasar internasional untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan daya saing UMKM, Pemkab Bengkayang akan terus meningkatkan kualitas dan desain batik khas Bengkayang,” ungkap Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis.
Batik khas Bengkayang ini diharapkan dapat menjadi salah satu produk unggulan yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Bupati juga menekankan bahwa UMKM lokal harus go internasional.
“Kita harus mampu menembus pasar global dan meningkatkan daya saing produk lokal,” kata Darwis.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemkab Bengkayang akan memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka dalam memasarkan produk secara online dan offline.
Pemkab Bengkayang juga akan meningkatkan promosi batik khas Bengkayang melalui berbagai platform baik online maupun offline. Dengan demikian, diharapkan UMKM lokal di Bengkayang dapat menjadi lebih kompetitif dan mampu menembus pasar internasional.
Pengembangan batik khas Bengkayang juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya dan kearifan lokal. Batik khas Bengkayang merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Dengan komitmen dan upaya yang kuat, Pemkab Bengkayang optimis bahwa UMKM lokal dapat meningkatkan daya saing dan menembus pasar internasional. Pengembangan batik khas Bengkayang diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ketua Dekranasda Kabupaten Bengkayang, Anita mengatakan batik khas Bengkayang yang diluncurkan ini tak hanya untuk dipakai dikelangan pegawai tapi juga dijual bebas kepada masyarakat Bengkayang.
“Siapa pun bisa memiliki kain tersebut,” ujarnya.
Dua tahun terakhir ini katanya, dekranasda sudah meluncurkan enam motif dan semua sudah memiliki hak paten atau HAKI nya dari Kemenkumham. Untuk yang Tahun 2025 ini ada tiga motif yang dilaunching yaitu Rinyuakng Kareke’, motif Kalangkakng dan motif Gonggong Silotuang.
Masing-masing motif memiliki makna tersendiri dalam bahasa Dayak.
Motif Rinyuakng Kareke’ beratikan simbol kekuatan dan kedamaian dalam Suku Dayak serta keberuntungan, kemakmuran, kedamaian, cinta kasih.
Sementara motif Kalangkakng adalah properti penyimpanan ritual adat yang terbuat dari bambu.
Motif Gonggong Silotuang adalah alat musik yang unik berasal Kecamatan Seluas dan Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang.
Dekranasda juga katanya akan terus berinovasi meningkatkan kreativitas lewat motif-motif batik yang dapat meningkatkan kualitas dan perekonomian daerah.
“Kita juga dorong pelaku kreatif tak hanya menghasilkan karya tapi juga patenkan karya mereka supaya tidak mudah diclaim pihak lain,” ujarnya.
Anita juga mengatakan akan memanfaatkan segala potensi yang ada untuk perkenalan dan memperluas informasi motif batik khas Bengkayang mancanegara.
Kain khas kita tidak hanya digunakan didaerah saja, tapi bagaimana saya tarik dan keunikan yang ada bisa menebus pasar internasional. Kota manfaatkan perbatasan untuk pasar luar negeri,” ujarnya.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung baik pembuatan motif, pengurusan HAKI dan juga Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) dan pihak Kemenkumham.
Berikut makna disetiap motif kain batik khas Bengkayang.
Motif Rinyuakng Karake’
Motif Rinyuakng Karake’ menggambarkan enam usur yaitu Daun Rinyuakng, Daun Karake’, Burung Enggang, Buah Tengkawang, Nabo dan Tempayan.
Daun Rinyuakng (Hanjuang) adalah simbol kekuatan dan kedamaian dalam Suku Dayak. Kegunaan lainya sebagai tolak bala atau utk mengusir roh roh jahat dan juga utk perobatan tradisional dalam Suku Dayak.
Daun Karake’ ( Sirih) Adalah Merupakan simbol keberuntungan dan kemakmuran, kedamaian, cinta kasih. Dan sejenis tanaman yang biasanya digunakan juga utk pengobatan.
Tanaman Hanjuang atau sirih ini merupakan satu kesatuan yg tidak bisa di pisahkan dalam upacara Adat Dayak. Fungsi utama dari Daun Hanjuang dan Sirih adalah sebagai alat utk memohon atau Bapinta’ ka Jubata (Tuhan) utk mendapatkan kehidupan yg lebih layak, keselamatan, Kesehatan dan lainnya.
Burung Enggang memiliki banyak filosofi bagi masyarakatDayak, di antaranya melambangkan perdamaian, persatuan, dan kemakmuran. Burung ini juga diyakini sebagai penghubung antara manusia Tuhan.
Tengkawang merupakan buah dari pohon endemik Kalimantan Masyarakat Dayak percaya buah ini membawa keberuntungan. Umumnya, tengkawang berbentuk bulat atau lonjong dengan kulit berwarna coklat kemerahan saat matang. buah ini mengeluarkan biji berwarna putih kekuningan yang mengandung minyak dan dapat dijadikan bahan olahan makanan dan kosmetik.
Nabo merupakan simbol ular besar yang dipercaya sebagai pelindung suku Dayak.
Dan Tempayan, merupakan benda yang digunakan oleh masyarakat Dayak sebagai prasyarat dalam urusan adat yang sesuaikan dengan upacara adat yang diadakan, tempayan juga menjadi Benda pusaka keluarga yang diwariskan secara turun temurun, dan sebagai perkakas rumah berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.
Motif Kalangkakng
Menggambarkan tiga unsur yaitu Kalangkakng, Kalamange dan Nabo.
Kalangkakng adalah simbol upacara adat berupa proferti yang terbuat dari sepotong bambu pilihan sesuai ukuran dan bentuk yang telah ditentukan, kemudian bambu tersebut dibelah menjadi lima bagian, setiap belahan bambu tersebut di raut yang menghasilkan seperti rumbai-rumbai, dalam rautan tidak boleh putus diraut menggunakan pisau khusus (suna dalam bahasa bakati) kemudian
kelima belah bambu yang telah diraut tersebut dianyam menggunakan rotan agar kuat dan kokoh untuk membentuk mangkok atau wadah, berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan atau sesajian ritual. bagian batang bawah bambu yang sudah di anyam tersebut di raut setiap ruasnya sehingga membentuk rumbai-rumbai mencapai tiga tingkat atau ruas cara pemasangan kalangkang tersebut di tancapkan atau di dirikan dipermukaan tanah dimana tempat kita akan melangsungkan atau melaksanakan ritual adapun ritual yang biasa digunakan kalangkakng seperti ritual pada saat pembuatan rumah, membuka lahan pertanian, di sawah dan di ladang.
Kalamange (Kantong Semar) merupakan tumbuhan khas yang ada di Kabupaten Bengkayang (Kalbar) dimana tergambar 2 buah yang terletak pada kanan dan kiri, yang bermaksud mengenai keseimbangan adat dan budaya yang ada di Kabupaten Bengkayang.
Nabo merupakan simbol ular besar yang dipercaya sebagai pelindung suku Dayak.
Motif Ginggong Silotuang
Motif ini menggambarkan tiga unsur yaitu Alat musik tradisional Ginggong dan Silotuang, Pakis dan bulu burung Enggang
Alat Musik Ginggong adalah alat musik yang unik berasal Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang dimana alat musik ginggong dimainkan dengan cara digesek.
Alat Musik silotuang berasal dari kecamatan jagoi babang Kabupaten Bengkayang dimana alat musik tersebut terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara di pukul.
Pakis merupakan sejenis tanam merambat yang banyak dialam kabupaten Bengkayang.
Bulu burung Enggang 2 helai, burung enggang merupakan fauna yang habitatnya masih ada di beberapa wilayah kabupaten Bengkayang.
Dalam gambar ini, silotuang di gambarkan di tengah-tengah yang berarti alam pusat kehidupan, silotuang digambar dengan 3 senar yg memiliki makna 3 etnis besar yang berada di kabupaten Bengkayang yaitu Etnis Dayak, Melayu dan Tionghoa yang selalu hidup harmonis sesuai dengan harmonisnya suara nada silotuang tersebut.
Sedangkan ginggong di gambarkan dua buah yaitu kiri dan kanan yang berarti keseimbangan kehidupan masyarakat yang ada di kabupaten Bengkayang, dan juga keseimbangan flora dan fauna yg ada di kabupaten bengkayang digambarkan melalui 2 bulu burung enggang yang diletakkan diatas artinya melambangkan kekuasaan alam memiliki pemimpin yan seimbang (adil)
Pakis memiliki arti arti lika-liku kehidupan masyarakat yang harmonis khususnya masyarakat kabupaten Bengkayang.
sumber : suara Pempred