BengkayangNews.com – Di pelosok barat Pulau Kalimantan, tepatnya di Desa Sango, Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, berdirilah sebuah kampung kecil yang kaya akan sejarah dan kehangatan masyarakatnya. Kampung itu bernama Minso, sebuah dusun tua yang telah ada sejak ratusan tahun silam, jauh sebelum jalan dan kendaraan menjangkau wilayah ini.
Kini, Minso dihuni oleh lebih dari 100 kepala keluarga, mayoritas berprofesi sebagai petani. Berladang dan berkebun turun temurun dilakukan masyarakat Minso. Di tengah perubahan zaman dan arus modernisasi, warga Minso tetap mempertahankan gaya hidup yang sederhana dan dekat dengan alam. Kampung ini berjarak sekitar 6 kilometer dari pusat kota kecamatan Sanggau Ledo, dan hanya 3 kilometer dari Jalan Nasional yang menghubungkan ke perbatasan RI–Malaysia. Posisi ini menjadikan Minso sebagai salah satu titik yang cukup strategis, meski tetap menyimpan ketenangan khas pedesaan.
Suasana di Minso sangat asri dan nyaman, udara segar dengan latar hijau pepohonan dan ladang menjadi pemandangan sehari-hari. Namun, tak jauh dari sana, berdiri perusahaan-perusahaan sawit besar yang mengelilingi kawasan itu. Meski dekat dengan aktivitas industri, Minso tetap berdiri dengan identitasnya sendiri: kampung yang damai dan penuh kekeluargaan.
Untuk pendidikan, Minso hanya memiliki satu sekolah dasar, yaitu SD Negeri 10 Minso. Sekolah ini menjadi tempat pertama anak-anak belajar membaca, menulis, dan merajut cita-cita mereka.
Catatan penting dalam perjalanan Kampung Minso adalah pada tahun 1986, saat akses jalan menuju kampung ini pertama kali dibuka. Sebelum itu, Minso hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki melewati hutan dan jalur tanah. Namun meskipun jalur sudah dibuka, jalan menuju Minso belum diaspal hingga bertahun-tahun kemudian. Masyarakat tetap bertahan, berjalan kaki dan menggunakan motor di musim hujan, demi aktivitas harian maupun pendidikan anak-anak mereka.
Minso bukan hanya kampung di perbatasan, tetapi juga saksi hidup dari perjalanan sejarah, perjuangan, dan keteguhan masyarakat pedalaman. Dari tanah yang tua ini, lahir semangat baru generasi muda yang akan terus menjaga dan menghidupkan warisan nenek moyangnya. (Rd)